Master Program

Minggu, 27 Maret 2011

5.1 Mengidentifikasi peristiwa pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama

Drama memiliki dua aspek, yaitu aspek cerita dan aspek pementasan.
a. Aspek cerita
Aspek cerita mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang dialami pelaku. Kadang-kadang
pada kesan itu tersirat pesan tertentu. Keterpaduan kesan dan pesan ini terangkum dalam
cerita yang dilukiskan dalam drama.
b. Aspek pementasan
Aspek pementasan drama dalam arti sesungguhnya ialah pertunjukan di atas panggung
berupa pementasan cerita tertentu oleh para pelaku. Pementasan ini didukung oleh
dekorasi panggung, tata lampu, tata musik dsb.

Kekhasan naskah drama dari karya sastra yang lain ialah adanya dialog, alur, dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci).
Drama memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu:
1. Tragedi ialah drama duka yang menampilkan pelakunya terlibat dalam pertikaian serius
yang menimpanya sehingga menimbulkan takut, ngeri, menyedihkan sehingga
menimbulkan tumpuan rasa kasihan penonton.
2. Melodrama ialah lakon yang sangat sentimental dengan pementasan yang mendebarkan
dan mengharukan penggarapan alur dan lakon yang berlebihan sehingga sering penokohan
kurang diperhatikan.
3. Komedi ialah lakon ringan untuk menghibur namun berisikan sindiran halus. Para pelaku
berusaha menciptakan situasi yang menggelikan.
4. Force ialah pertunjukan jenaka yang mengutamakan kelucuan. Namun di dalamnya tidak
terdapat unsur sindiran. Para pelakunya berusaha berbuat kejenakaan tentang diri mereka
masing-masing.
5. Satire, kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan kesungguhan biasanya digunakan
untuk melakukan kecaman/kritik terselubung.

Dialog merupakan percakapan antarpelaku drama yang mengungkapkan hal-hal atau peristiwa yang dipentaskan.
Alur ialah rangkaian cerita atau peristiwa yang menggerakkan jalan cerita dari awal (pengenalan), konflik, perumitan, klimaks, dan penyelesaian.
Episode ialah bagian pendek sebuah drama yang seakan-akan berdiri sendiri, tetapi tetap merupakan bagian alur utamanya.

Unsur-unsur/struktur pembangun drama
• Penokohan (pelaku dan perwatakan)
Penokohan atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Seorang tokoh bisa saja berwatak sabar, ramah, dan suka menolong. Sebaliknya, bisa saja tokoh lain berwatak pemberang, ringan tangan, dan sangat keji. Karakter ini diciptakan penulis lakon untuk diwujudkan oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Agar dapat mewujudkannya, pemain harus memahami benar karakter yang dikehendaki penulis lakon drama. Untuk itu, dia perlu menafsirkan, membanding-bandingkan, dan menyimpulkan watak tokoh yang akan diperankan, lalu mencoba-coba memerankannya. Hal ini harus dilakukan supaya penampilannya benar-benar seperti tokoh yang diperankan, tepat seperti tokoh sesungguhnya. Dalam meleburkan diri menjadi tokoh yang diperankannya pemain dibantu oleh penata rias, penata busana, dan akting. Misalnya, jika tokoh yang diperankannya orang tua yang sabar, wajahnya dihias dengan garis- garis hitam yang mengesankan keriput, rambutnya ditebari bedak hingga tampak memutih. Kalau tokoh itu orang desa yang sederhana, pakaiannya menyesuaikan, misalnya memakai kemeja agak lusuh, bersarung, bersandal, serta berkopiah. Gerakannya lambat-lambat dengan posisi badan agak membungkuk. Demikian pula kalau sedang berbicara, harus diupayakan bicaranya pelan dan (kalau bisa) suaranya agak serak. Kalau perlu, kadang-kadang dibuat terbatukbatuk. Unsur-unsur pendukung itu (tata rias, tata busana, dan akting) satu dan lain tidak bisa dipisahkan. Semuanya saling mendukung untuk membantu mewujudkan karakter tokoh seperti yang dikehendaki oleh penulis lakon drama.
• Dialog
Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan para pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar dijiwai oleh para pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon drama.
• Konflik
Konflik dalam pementasan tidak terlepas dari kehadiran tokoh yang bertentangan satu dengan lainnya. Dalam hal ini, konflik yang hadir dapat berupa pertentangan tokoh dengan dirinya sendiri, pertentangan dengan orang lain, bahkan konflik dengan alam sekitar atau pandangan tertentu. Pada segi pementasan drama, konflik akan lebih jelas terlihat dibandingkan dengan saat kita membaca naskahnya. Gerakan atau tindakan para tokoh, juga melalui dialog yang diucapkan dapat membentuk suatu peristiwa. Peristiwa ini berasal dari hal yang biasa sampai konflik yang memuncak. Hal yang patut diperhatikan adalah peristiwa konflik tidak terjadi begitu saja. Dalam hal ini, peristiwa yang satu akan mengakibatkan peristiwa yang lain. Peristiwa yang terjadi karena tindakan tokoh tersebut dikenal dengan motif.
Motif ini berhubungan langsung dengan alasan setiap tokoh mengambil tindakan tersebut. Motif dapat muncul dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut.
a. Kecenderungan-kecenderungan dasar (basic instinct) yang dimiliki manusia, misalnya kecenderungan agar dikenal untuk memperoleh suatu pengalaman tertentu.
b. Situasi yang melingkupi manusia, yaitu keadaan fisik dan keadaan sosial.
c. Interaksi sosial, yaitu rangsangan yang ditimbulkan karena hubungan sesama manusia.
d. Watak manusia itu sendiri, sifat-sifat intelektual, emosional, persepsi, resepsi, ekspresi, serta
sosial kulturalnya.
Dengan mengetahui motif, pembaca akan mendapat dasar yang lebih kuat dalam menginterpretasikan suatu laku atau suatu peristiwa dalam drama.
• Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema drama digambarkan melalui rangkaian peristiwa. Rangkaian ini menjadi dasar alur cerita, tokoh-tokoh dengan perwatakannya, dan dialog yang diucapkannya. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dengan perwatakan yang memungkinkan konflik, dan dialog. Tema yang biasa diangkat dalam drama adalah masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, ketuhanan, keluarga yang retak, patriotisme, perikemanusiaan, dan renungan hidup.
• Amanat
Seorang pengarang drama baik sadar atau tidak sadar akan menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat ditentukan atau dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat berbeda-beda dalam menafsirkan amanat. Amanat bersifat subjektif dan umum. Tema bersifat lugas, objektif, dan khusus. Amanat sebuah drama akan lebih mudah ditafsirkan jika drama itu dipentaskan. Amanat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Amanat drama selalu berhubungan dengan tema.
Contoh:
Drama Romeo dan Juliet bertema masalah percintaan yang berakhir dengan kematian. Berdasarkan tema, drama Romeo dan Juliet memiliki amanat sebagai berikut.
a. Meskipun manusia begitu cermat dan teliti merencanakan sesuatu, Tuhan jugalah yang menentukan segala yang terjadi.
b. Manusia tidak kuasa melawan garis nasib yang ditetapkan oleh Tuhan.
Amanat drama Romeo dan Juliet yang dipaparkan di atas adalah versi penulis. Amanat drama Romeo dan Juliet dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh penonton atau pembacanya.

Tidak ada komentar: